Kamis, 17 November 2011

Menjauhkan Diri dari Kemurkaan Allah



Oleh : Buya H. Masoed Abidin

Generasi anak bangsa ini mesti menjauhkan diri dari perilaku yang dimarahi Allah. Berperangai bebas tanpa arah akan mengundang musibah dalam kehidupan. Mengerjakan yang diwajibkan dan meninggalkan yang dilarang berarti berupaya menjauhkan diri dari kemaksiatan. Guna mengatasi problematika sosial yang terjadi kini dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Diantaranya melakukan tazkiyah nafs (pembersihan diri) dengan teratur memantapkan iman (tauhid uluhiyah). Kemudian melaksanakan Ibadah yang berdisiplin wujud dari tauhid rububiyah. Selanjutnya dilakukan Wirid yang berkesinambungan, menjaga Shalat berjamaah, dan ibadah sunat yang teratur, seperti qiyamullail, shaum, dan lainnya. Dalam kehidupan mesti dipelihara interaksi intensif (silaturahim yang terjaga) ditengah masyarakat. Semua pengupayaan ini akan menjadi kekuatan untuk mengantisipasi berkembangnya maksiat.
Masalah besar hari ini adalah gaya hidup mulai mengarah kepada pengagungan materi  (materialistik) dan suka menghindari supremasi agama. Beban sosial ini makin berat karena keinginan mengejar kesenangan indera atau ittiba’ hawahu dalam hanya mencari kenikmatan badani (hedonistik). Akibatnya terjadiulah penyimpangan dari budaya luhur (ABS-SBK) dan dampak lebih jauh adalah interaksi kebudayaan mulai vulgar mengarah kepada Kriminalitas, Sadisme, Krisis moral. Dunia pendidikan kita juga digoncangkan oleh fenomena vandalistik dengan marak terjadi tawuran  pelajar, kebiasaan a-susila, kecabulan, pornografi, pornoaksi makin meluas dan asyik menyelami black-magic, percaya mistik, hipnotisme, kecanduan madat dan narkoba.
 
Mengatasi semuanya hanyalah mungkin dengan mengambil Keutamaan Ajaran Agama membangun masyarakat kuat saling bekerjasama, mempunyai sikap kasih mengasihi dengan ukhuwwah yakni kesaudaraan dan mahabbah kasih sayang sesama karena mencintai Allah Maha Kuasa serta bersikap ta’awun saling bantu membantu dalam kebaikan dan kemashlahatan ummah. Pelecehan Nilai nilai luhur kehidupan selalu terjadi, ketika agama tidak di amalkan secara benar dan ujungnya kekuatan ummat menjadi lemah.  Peran manusia diciptakan adalah untuk mengabdi dengan berbuat kebajikan kebajikan. Keberadaan manusia di permukaan bumi adalah untuk mengabdi kepada keutamaan perintah Allah saja.
Ibadah adalah mematuhi Allah dengan cara tazkiyah nafs  melalui peningkatan ilmu dan zikrullah. Kemudian dengan tazkiyah maliyah melalui kebahagiaan dalam memberi shadaqah, infaq dan zakat. Dilanjutkan dengan tazkiyah amaliah berupa niyat lillahi ta’ala. Peringatan agama menyebutkan, “Dunia itu manis dan hijau. Siapa yang berusaha memperoleh harta di dunia di jalan yang halal dan membelanjakannya menurut patutnya, niscaya orang itu diberi pahala oleh Allah dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Siapa yang mengusahakan harta di dunia tidak di jalan yang halal dan dinafkahkannya tiada menurut patutnya, niscaya Allah akan menempatkan orang itu di kampung kehinaan. Tidak sedikit orang yang menyelewengkan harta Allah dan Rasul-Nya memperoleh neraka di hari kiamat.”  (HR. Baihaqy dari Ibn Umar).
Memahami dan membangun kehidupan dunia yang penuh arti mesti dilakukan dengan kesadaran tinggi baik secara perorangan maupun lembaga masyarakat serta badan pemerintahan. Tidak dapat diabaikan bahkan menjadi kewajiban semua pihak membentuk Generasi berbudi  luhur – akhlakul karimah -- dan beriman taqwa kepada Allah. Tugas utama adalah mencetak generasi unggul yang memiliki keperibadian ; Salimul Aqidah (Aqidahnya bersih), Shahihul Ibadah (Ibadahnya benar), Matinul Khuluq (akhlaqnya kokoh), Qowiyyul Jismi (fisiknya kuat), Mutsaqqoful Fikri (intelektual dalam berfikir), Mujahadatul Linafsihi (punya semangat juang dalam melawan hawa nafsu). Untuk meraih itu semua maka pembentukan akhlak umat tak boleh diabaikan sesuai kaidah ushul “ sesuatu perkara yang menyebabkan sesuatu kewajiban tidak akan dapat disempurnakan kecuali dengannya maka perkara tersebut adalah wajib juga hukumnya.” 
Pencemaran jiwa terjadi disebabkan oleh dorongan keinginan hendak memenuhi kehendak nafsu semata. Maka menjaga kesuburan Nafs  dengan Ibadah teratu dan amalan baik sepanjang masa serta zikrullah setiap waktu akan menentramkan jiwa. Sabda Rasulullah “ Sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal mudhghah (benda darah), jika ia sehat  maka baiklah seluruh jasad, dan jika ia fasad maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati .. “  Menjaga Hati senantiasa bersih (yaqazah) dengan menjauhi maksiat serta senantiasa bertaubat menghapus kesalahan dari perilaku maksiat dengan memelihara kethaatan membentuk jiwa jauhari bijak berhikmah dan sadar berkesaudaraan. 
Kehidupan di Dunia sebagai tempat beramal mesti diisi dengan kebaikan kebaikan dan mengerjakan yang diperintah serta menghindari apapun yang dilarang. Kekayaan sesungguhnya ada pada kepatuhan. Sabda Rasul mengingatkan, “Tunaikanlah apa yang diwajibkan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling banyak ibadat. Jauhilah apa yang dilarang Allah kepada kamu mengerjakannya, niscaya kamu menjadi orang yang paling cermat. Relalah menerima apa yang dibagikan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya.” (HR.Ibnu ‘Adi dari Ibnu Mas’ud). Peringatan Nabi ini menganjurkan untuk selalu Ikhlas dan setia dalam pembimbingan zikrullah. “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: Aku bersama (menolong) hamba-Ku, selama dia menyebut (mengingat) Aku dan masih bergerak bibirnya menyebut nama-Ku.”  (HR. Ahmad dari Abu Hurairah).
Semoga kita semua mampu menjaga hati dan mengendalikan tindakan. Amin.


Tidak ada komentar: