Kamis, 17 November 2011

Langkah awal Pendidikan Berkarakter di Sumatera Barat



Langkah awal Pendidikan Berkarakter di Sumatera Barat

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang pembangunan masyarakat -- terutama di Sumatera Barat, dengan tamaddun (adat budaya) Minangkabau -- pasti akan menemui satu iklim (mental climate) yang subur, yakni ada kekuatan agama dan adat resam istiadat serta budi bahasa yang baik. Beberapa model perlu dikembangkan di dalam pembinaan Ruhul Islam diantaranya pemurnian wawasan fiki dan mempertajam kekuatan zikir kemudian dilanjutkan dengan penajaman visi akhlak banagar. Mengembangkan keteladanan dengan uswah hasanah menanamkan sikap sabar dan selalu berbuat benar. Mesti pula dibiasakan memupuk rasa kasih sayang dan memperdalam spiritual religi. Bila itu ada, Insyaallah kendala atau tantangan perubahan zaman dapat diatasi.

Pengendali kemajuan sebenarnya adalah agama dan akhlak mulia yang mewarnai budaya bangsa. Budaya atau tamaddun bangsa yang selama ini telah berlaku turun temurun dalam masyarakat kita di Sumatera Barat – Minangkabau dengan tamaddun ABSSBK – yang terlihat jelas pada hubungan hidup dan kehidupan yang santun sopan sesuai bimbingan adat dan agama Islam. Peranan pendidikan karakter dengan merujuk kepada Ruhul Islam sejak dulu adalah membawa umat kepada keadaan yang lebih baik kokoh aqidah serta qanaah (memelihara apa yang ada) dan bersikap konsisten (istiqamah).

Dalam gerakan "membangun kehidupan masyarakat yang beragama Islam secara shahih” tidak dapat tidak setiap peribadi akan menjadi pengikat dalam membentuk masyarakat yang lebih kuat. Sehingga merupakan kekuatan sosial yang efektif dalam kekuatan persaudaraan. Pemasyarakatan budaya dalam keseharian sesuai syari’at Islam, mesti bersandar kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul. Maka pembinaan dan pelayanan masyarakat oleh siapa saja harus bertujuan kepada mencapai derajat peribadi taqwa, dalam hubungan hidup bermasyarakat sesuai tuntunan syariat Agama Islam. Mamutieh cando riak danau, tampak nan dari muko-muko, Batahun-tahun dalam lunau, namun nan intan bakilek juo.

Mengakarkan nilai nilai Ruhul Islam kedalam kehidupan masyarakat atau kelompok di Sumatera Barat -- Minangkabau -- mesti dengan penguasaan ilmu dengan ikatan akidah tauhid yang jelas. Generasi pelanjut bangsa mestinya dinamik yang mempunyai kejelian akal fikir disertai kejernihan budi pekerti. “Pucuak pauah sadang tajelo, Panjuluak bungo galundi, Nak jauh silang sangketo, Pahaluih baso juo basi. Anjalai tumbuah di munggu, Sugi-sugi di rumpun padi, Nak pandai sungguah baguru, Nak tinggi naiak-kan budi.”

Filosofi Hidup bermasyarakat di Minangkabau atau Sumatera Barat mesti diberi ruh oleh Islam. Kekuatan hubungan ruhaniyah (spiritual emosional) dengan basis iman dan taqwa akan memberikan ketahanan bagi umat. Hubungan ruhaniyah, lebih lama bertahan daripada hubungan struktural fungsional. Bila ada kesediaan mengacu kepada prinsip-prinsip Kepemimpinan Rasulullah harus ada kesediaan memasukkan kedalam seluruh sisi kehidupan secara sikap amanah dan jujur. Kejujuran dan sikap amanah diperlukan dimana saja dan berlaku universal. Sikap hidup ini dijabarkan dengan kebersamaan, gotong royong, sahino samalu, kekerabatan, dan penghormatan sesama, atau barek sapikue ringan sajinijing yang menjadi kekuatan juga di dalam kegiatan wiraswasta dalam menghidupi kesejahteraan masyarakat keliling atau gerakan incorporated social responsibility.

Kekusutan dalam masyarakat dapat diatasi dengan komunikasi. Persoalan perilaku harus mendapatkan porsi yang besar. Diperlukan sosialisasi nilai-nilai Islam masuk ke dalam budaya kerja. Kekekrabatan dijaga dengan satu sistem pandangan cinta dalam kegiatan membangun yang dilandasi mencari redha Allah. Kekuatan Umat ada pada jati dirinya. Shabar dan syukur adalah bukti nyata dari jiwa yang sadar beragama dan beriman tauhid. Disinilah letak kekuatan umat itu. Sabda Rasulullah SAW tentang sibghah orang Muslim itu diantaranya ,“Aku kagum kepada orang Islam, apabila ditimpa cobaan, dia ikhlas dan sabar, sebaliknya apabila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Sesungguhnya orang Islam itu diberi pahala dalam segala hal, bahkan berkenaan dengan suap yang diangkatnya ke mulutnya. (HR. Baihaqi dari Sa’id).

Kemelut kehidupan bermasyarakat banyak dikacaukan oleh pengikut hawa nafsu yang terdiri dari kelompok manusia yang tidak mempunyai jiwa yang sadar. Mereka itu selalu suka melanggar hukum dan bersifat ghaflah atau lalai serta pula senang berbuat Maksiat. Peringatan Kitabullah amatlah jelas menyebutkan, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami”. (Lihat QS.7, Al A’raf ayat 179).

Mengaplikasi peringatan Allah ini maka peranan Pendidikan sistim Surau menjadi sangat signifikan didalam membangun dan mendidik generasi bersih yang beriman dan dinamik dalam gerakannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan silabus pendidikan dan pemahaman agama yang benar. Melalui pendidikan sistim surau (halaqah) diharapkan terbinanya peribadi muslim yang kaffah (sempurna). Masyarakat keliling (lingkungan) akan memahami dan meyakini serta pula menerapkan aqidah iman yang istiqamah yakni konsisten menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.

Insyaallah.

(Haluan, Jumat, 18 November 2011 M / 20 Dzulhijjah 1432 H, hal.4 OPINI)

Tidak ada komentar: